Al-Quran Online ini, ajakan untuk mendalami AlQuran sambil mencari ridho dan cinta Allah semata
Daftar Akar Kata Pada AlQuran
Dipersembahkan oleh para sukarelawan yang hanya mencari kecintaan Allah semata

An-Nisa

dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

ayat 93

Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahanam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.

Irab Surat AnNisa ayat 93



Setelah ayat 92 membahas pembunuhan tidak sengaja (khaṭa'), ayat ini membahas Pembunuhan Berencana/Sengaja ('Amdan). Ini adalah salah satu ayat dengan ancaman (wa'id) terberat dalam Al-Qur'an, yang mencakup vonis Neraka, kemurkaan, laknat, dan azab yang besar.


🧐 Analisis I'rāb (Gramatikal)

I. Bagian Pertama: Syarat (Kejahatan)

وَمَن يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُّتَعَمِّدًا

Kata

I'rāb (Kedudukan Gramatikal)

Keterangan/Status

وَمَن (Wa Man)

Wāw Isti'nāfiyyah + Ism Syarṭ

ManIsm Syarṭ Jāzim. Berposisi sebagai Mubtada'. Artinya: "Dan barangsiapa."

يَقْتُلْ (Yaqtul)

Fi'l Muḍāri'

Fi'l SyarṭMajzūm dengan sukun. Fā'il-nya Huwa (kembali ke Man). Artinya: "membunuh."

مُؤْمِنًا (Mu'minan)

Maf'ūl bih (Objek)

Manṣūb. Korban pembunuhan.

مُّتَعَمِّدًا (Muta'ammidan)

Ḥāl (Keterangan Keadaan)

Manṣūb. Menjelaskan kondisi si pelaku (Fā'il) saat membunuh.



Artinya: "(ia membunuh) dalam keadaan sengaja/direncanakan."

II. Bagian Kedua: Hukuman Utama (Neraka)

فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا

Kata

I'rāb (Kedudukan Gramatikal)

Keterangan/Status

فَ (Fa)

Fā' Rābiṭah li Jawāb Syarṭ

Pengikat jawaban syarat. Wajib ada karena jawabannya berupa kalimat nominal (Jumlah Ismiyyah).

جَزَاؤُهُ (Jazā'uhu)

Mubtada' (Subjek)

Marfū'Hu (nya) adalah Muḍāf Ilaih. "Balasannya."

جَهَنَّمُ (Jahannamu)

Khabar (Predikat)

Marfū' dengan ḍammah (tanpa tanwin karena Ism Ghairu Munṣarif). "Adalah neraka Jahannam."



Kalimat nominal ini berada di posisi Jazm sebagai Jawāb Syarṭ.

خَالِدًا (Khālidan)

Ḥāl (Keterangan Keadaan)

Manṣūb. Menjelaskan keadaan pelaku di dalam neraka (atau Hal dari ḍamīr yang tersembunyi). Artinya: "kekal di dalamnya."

فِيهَا (Fīhā)

Jārr wa Majrūr

Terkait dengan Khālidan.

III. Bagian Ketiga: Hukuman Tambahan (Murka & Laknat)

وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَlعَنَهُ

Kata

I'rāb (Kedudukan Gramatikal)

Keterangan/Status

وَ (Wa)

Wāw 'Aṭf

Penghubung.

غَضِبَ (Gaḍiba)

Fi'l Māḍī

Mabni 'ala fatḥah. Menggunakan bentuk lampau (Māḍī) untuk menunjukkan kepastian (Taḥqīq). Artinya: "Allah murka."

اللَّهُ (Allāhu)

Lafẓul Jalālah

Fā'il (Subjek).

عَلَيْهِ ('Alaihi)

Jārr wa Majrūr

Terkait dengan Gaḍiba.

وَلَعَنَهُ (Wa La'anahu)

'Aṭf + Fi'l + Maf'ūl

La'ana: Fi'l Māḍī. Hu: Objek (pelaku pembunuhan). Fā'il-nya Huwa (Allah). Artinya: "Dan melaknatnya (mengusir dari rahmat)."

IV. Bagian Keempat: Azab yang Disiapkan

وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا

Kata

I'rāb (Kedudukan Gramatikal)

Keterangan/Status

وَأَعَدَّ (Wa A'adda)

'Aṭf + Fi'l Māḍī

A'adda: Fi'l Māḍī. Fā'il-nya Huwa (Allah). Artinya: "Dan Dia menyediakan/menyiapkan."

لَهُ (Lahu)

Jārr wa Majrūr

Terkait dengan A'adda.

عَذَابًا ('Ażāban)

Maf'ūl bih (Objek)

Manṣūb.

عَظِيمًا ('Aẓīman)

Na'at (Sifat)

Manṣūb. "Yang agung/besar."


🔑 Poin Utama I'rāb Ayat

  1. Posisi Penting "Muta'ammidan" (مُّتَعَمِّدًا): Kata ini berkedudukan sebagai Ḥāl (keadaan). Ini adalah kata kunci hukum (Manāṭ al-Ḥukm).

    • Jika Muta'ammidan hilang (tidak sengaja), maka hukumnya kembali ke ayat 92 (Diyat).

    • Jika Muta'ammidan ada, maka hukumnya masuk ayat 93 (Neraka/Qisas).

    • Definisi "Sengaja" dalam fiqih: Menggunakan alat yang mematikan dengan niat membunuh orang yang darahnya terlindungi.

  2. Makna "Khālidan" (خَالِدًا) - Perdebatan Teologis: Secara I'rab, Khālidan adalah Ḥāl Muqaddarah (keadaan yang diperkirakan terjadi nanti).

    • Mu'tazilah/Khawarij: Memahami secara tekstual bahwa pelaku dosa besar (pembunuh) kekal di neraka selamanya, sama seperti kafir.

    • Ahlussunnah wal Jamaah: Memaknai Khālidan sebagai "tinggal sangat lama" (Mukṡan Ṭawīlan) atau "Kekal JIKA dia menganggap halal membunuh mukmin (Istihlal)" karena itu membuatnya murtad. Jika masih beriman, ia tidak kekal, berdasarkan ayat Innallāha lā yagfiru an yusyraka bihi... (4:48 & 116).

  3. Penggunaan Fi'il Madhi untuk Ancaman Masa Depan: Meskipun azab neraka terjadi di akhirat (masa depan), Allah menggunakan Fi'il Māḍī (Kata kerja lampau) pada kalimat:

    • Gaḍiba (Telah murka)

    • La'ana (Telah melaknat)

    • A'adda (Telah menyiapkan) Dalam Balaghah, ini disebut Lit-Taḥqīq (Untuk kepastian). Artinya, kemurkaan dan azab itu pasti terjadi seolah-olah sudah terjadi sekarang.

  4. Isim Ghairu Munsharif (Jahannam): Kata Jahannam tidak menerima tanwin (Jahannamu, bukan Jahannamun) karena dua alasan ('illat):

    • Al-'Alamiyyah (Nama diri/Nama tempat).

    • Al-'Ujmah (Bukan bahasa Arab asli) atau At-Ta'niṡ (Muannats/Perempuan secara makna).