Al-Quran Online ini, ajakan untuk mendalami AlQuran sambil mencari ridho dan cinta Allah semata
Daftar Akar Kata Pada AlQuran
Dipersembahkan oleh para sukarelawan yang hanya mencari kecintaan Allah semata

An-Nisa

dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

ayat 87

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan (nya) daripada Allah.

Irab Surat AnNisa ayat 87



Ayat ini merupakan ayat aqidah yang sangat kuat, menggabungkan dua rukun iman sekaligus: Tauhid (Keesaan Allah) dan Hari Akhir (Kiamat). Struktur bahasanya penuh dengan penekanan (taukid) untuk menghilangkan keraguan.


🧐 Analisis I'rāb (Gramatikal)

I. Bagian Pertama: Kalimat Tauhid

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ

Kata

I'rāb (Kedudukan Gramatikal)

Keterangan/Status

اللَّهُ (Allāhu)

Lafẓul Jalālah

Mubtada' Awwal (Subjek Pertama). Marfū' dengan ḍammah.

لَا (Lā)

Lā Nāfiyah lil-Jins

Huruf negasi yang meniadakan jenis (Tiada satupun...).

إِلَٰهَ (Ilāha)

Ism Lā

Mabni 'ala fatḥah. Berada di posisi Naṣb. Khabar Lā dihapus (Maḥzūf), takdirnya: Ḥaqqun atau Mawjūdun (Tiada Tuhan [yang berhak disembah]...).

إِلَّا (Illā)

Ḥarf Istiṡnā'

Huruf pengecualian (kecuali).

هُوَ (Huwa)

Ḍamīr Munfaṣil

Berposisi sebagai Badal (Pengganti).



Ia menggantikan posisi (maḥal) dari  dan Isim-nya, yang secara hukum asalnya adalah Rafa' (sebagai Mubtada' sebelum masuk Lā).



Catatan: Kalimat Lā Ilāha Illā Huwa secara utuh adalah Khabar dari Allāhu.

II. Bagian Kedua: Sumpah Hari Kiamat

لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Kata

I'rāb (Kedudukan Gramatikal)

Keterangan/Status

لَـ (La)

Lām al-Qasam (Lām Sumpah)

Menunjukkan adanya sumpah yang tersembunyi (Wallāhi - Demi Allah).

يَجْمَعَنَّ (Yajma'anna)

Fi'l Muḍāri' + Nūn Tawkīd

Yajma'a: Fi'l Muḍāri' yang menjadi Mabni 'ala fatḥah karena bersambung langsung dengan Nūn Tawkīd Ṡaqīlah (Nūn penegas bertasydid). Fā'il-nya Huwa (Allah).

كُمْ (Kum)

Ḍamīr Muttaṣil

Maf'ūl bih (Objek). Posisi Naṣb. "Mengumpulkan kalian."

إِلَىٰ يَوْمِ (Ilā Yawmi)

Jārr wa Majrūr

Terkait (Muta'alliq) dengan Yajma'anna.

الْقِيَامَةِ (Al-Qiyāmati)

Muḍāf Ilaih

Majrūr dengan kasrah.

III. Bagian Ketiga: Peniadaan Keraguan

لَا رَيْبَ فِيهِ

Kata

I'rāb (Kedudukan Gramatikal)

Keterangan/Status

لَا (Lā)

Lā Nāfiyah lil-Jins

Menafikan segala jenis keraguan.

رَيْبَ (Raiba)

Ism Lā

Mabni 'ala fatḥah.

فِيهِ (Fīhi)

Jārr wa Majrūr

Terkait dengan Khabar Lā yang dihapus (Mawjūdun).



Kalimat ini berposisi sebagai Ḥāl (Keterangan Keadaan) dari Yawm al-Qiyāmah. Artinya: "Hari Kiamat itu (keadaannya) tidak ada keraguan padanya."

IV. Bagian Keempat: Pertanyaan Retoris (Kebenaran Mutlak)

وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيثًا

Kata

I'rāb (Kedudukan Gramatikal)

Keterangan/Status

وَ (Wa)

Wāw Isti'nāfiyyah

Memulai kalimat baru sebagai penutup argumen.

مَنْ (Man)

Ism Istifhām (Kata Tanya)

Mubtada'. Bermakna Inkārī (Penyangkalan/Retoris). Artinya: "Siapakah? (Jawabannya: Tidak ada)."

أَصْدَقُ (Aṣdaqu)

Ism Tafḍīl (Superlatif)

KhabarMarfū'. Artinya: "Lebih benar/paling benar."

مِنَ اللَّهِ (Min Allāhi)

Jārr wa Majrūr

Terkait dengan Aṣdaqu.

حَدِيثًا (Ḥadīṡan)

Tamyīz (Spesifikasi)

Manṣūb. Menjelaskan dalam aspek apa Allah itu "paling benar". Artinya: "perkataan/ucapannya."


🔑 Poin Utama I'rāb Ayat

  1. Tiga Penguat (Tawkid) pada "Layajma'annakum": Kata kerja يَجْمَعَنَّ (Dia mengumpulkan) dikuatkan dengan tiga instrumen bahasa sekaligus:

    1. Sumpah Tersirat (Qasam Muqaddar): Konteks kalimat ini adalah sumpah.

    2. Lām Qasam (لَـ): Huruf Lam di awal kata kerja adalah jawaban sumpah.

    3. Nūn Tawkīd Ṡaqīlah (نَّ): Huruf Nun bertasydid di akhir. Makna: "Demi Allah, Dia sungguh, benar-benar, pasti akan mengumpulkan kalian." Ini membantah keraguan orang musyrik tentang adanya Hari Kiamat.

  2. Istifham Inkari (Pertanyaan Retoris): Frasa وَمَنْ أَصْدَقُ (Dan siapakah yang lebih benar...?) secara tata bahasa adalah pertanyaan, tetapi secara makna adalah Nafi (Peniadaan).

    1. Maknanya: "Tidak ada seorang pun yang lebih benar perkataannya daripada Allah."

  3. Fungsi Tamyīz "Ḥadīṡan" (حَدِيثًا): Kata Aṣdaqu (lebih benar) masih bersifat umum. Apakah benar janjinya? Benar perbuatannya? Kata Ḥadīṡan hadir sebagai Tamyīz untuk membatasi makna tersebut spesifik pada "ucapan/informasi". Apapun yang Allah kabarkan dalam Al-Qur'an (tentang masa lalu, masa depan, atau hukum), itulah kebenaran absolut yang tidak mengandung celah kebohongan.

  4. I'rab Kalimat Tauhid: Kalimat Lā Ilāha Illā Huwa memiliki struktur unik. Posisi Huwa (Dia) di sini paling kuat di-i'rab sebagai Badal (pengganti).

    1. Logikanya: Asal kalimat sebelum ada  adalah Mubtada (Rafa'). Ketika  masuk, ia menashabkan Ilāha secara lafaz, tapi posisi aslinya masih Rafa'. Maka Huwa mengikuti posisi asli tersebut.