Ayat
ini merupakan ayat aqidah yang sangat kuat, menggabungkan dua rukun
iman sekaligus: Tauhid (Keesaan Allah) dan Hari
Akhir (Kiamat). Struktur bahasanya penuh dengan penekanan
(taukid) untuk menghilangkan keraguan.
🧐
Analisis
I'rāb (Gramatikal)
I.
Bagian Pertama: Kalimat Tauhid
اللَّهُ
لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ
Kata
|
I'rāb
(Kedudukan Gramatikal)
|
Keterangan/Status
|
اللَّهُ
(Allāhu)
|
Lafẓul
Jalālah
|
Mubtada'
Awwal (Subjek Pertama). Marfū' dengan
ḍammah.
|
لَا
(Lā)
|
Lā
Nāfiyah lil-Jins
|
Huruf
negasi yang meniadakan jenis (Tiada satupun...).
|
إِلَٰهَ
(Ilāha)
|
Ism
Lā
|
Mabni
'ala fatḥah. Berada di posisi Naṣb. Khabar Lā
dihapus (Maḥzūf),
takdirnya: Ḥaqqun atau Mawjūdun (Tiada
Tuhan [yang berhak disembah]...).
|
إِلَّا
(Illā)
|
Ḥarf
Istiṡnā'
|
Huruf
pengecualian (kecuali).
|
هُوَ
(Huwa)
|
Ḍamīr
Munfaṣil
|
Berposisi
sebagai Badal (Pengganti).
Ia
menggantikan posisi (maḥal) dari Lā dan
Isim-nya, yang secara hukum asalnya adalah Rafa' (sebagai
Mubtada' sebelum masuk Lā).
Catatan: Kalimat Lā
Ilāha Illā Huwa secara utuh
adalah Khabar dari Allāhu.
|
II.
Bagian Kedua: Sumpah Hari Kiamat
لَيَجْمَعَنَّكُمْ
إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ
Kata
|
I'rāb
(Kedudukan Gramatikal)
|
Keterangan/Status
|
لَـ
(La)
|
Lām
al-Qasam (Lām Sumpah)
|
Menunjukkan
adanya sumpah yang tersembunyi (Wallāhi - Demi
Allah).
|
يَجْمَعَنَّ
(Yajma'anna)
|
Fi'l
Muḍāri' + Nūn Tawkīd
|
Yajma'a:
Fi'l Muḍāri' yang menjadi Mabni 'ala fatḥah karena
bersambung langsung dengan Nūn Tawkīd Ṡaqīlah (Nūn
penegas bertasydid). Fā'il-nya Huwa (Allah).
|
كُمْ
(Kum)
|
Ḍamīr
Muttaṣil
|
Maf'ūl
bih (Objek). Posisi Naṣb. "Mengumpulkan
kalian."
|
إِلَىٰ
يَوْمِ (Ilā
Yawmi)
|
Jārr
wa Majrūr
|
Terkait
(Muta'alliq) dengan Yajma'anna.
|
الْقِيَامَةِ
(Al-Qiyāmati)
|
Muḍāf
Ilaih
|
Majrūr dengan
kasrah.
|
III.
Bagian Ketiga: Peniadaan Keraguan
لَا
رَيْبَ فِيهِ
Kata
|
I'rāb
(Kedudukan Gramatikal)
|
Keterangan/Status
|
لَا
(Lā)
|
Lā
Nāfiyah lil-Jins
|
Menafikan
segala jenis keraguan.
|
رَيْبَ
(Raiba)
|
Ism
Lā
|
Mabni
'ala fatḥah.
|
فِيهِ
(Fīhi)
|
Jārr
wa Majrūr
|
Terkait
dengan Khabar Lā yang dihapus (Mawjūdun).
Kalimat
ini berposisi sebagai Ḥāl (Keterangan
Keadaan) dari Yawm al-Qiyāmah. Artinya: "Hari
Kiamat itu (keadaannya) tidak ada keraguan padanya."
|
IV.
Bagian Keempat: Pertanyaan Retoris (Kebenaran Mutlak)
وَمَنْ
أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيثًا
Kata
|
I'rāb
(Kedudukan Gramatikal)
|
Keterangan/Status
|
وَ
(Wa)
|
Wāw
Isti'nāfiyyah
|
Memulai
kalimat baru sebagai penutup argumen.
|
مَنْ
(Man)
|
Ism
Istifhām (Kata Tanya)
|
Mubtada'.
Bermakna Inkārī (Penyangkalan/Retoris).
Artinya: "Siapakah? (Jawabannya: Tidak ada)."
|
أَصْدَقُ
(Aṣdaqu)
|
Ism
Tafḍīl (Superlatif)
|
Khabar. Marfū'.
Artinya: "Lebih benar/paling benar."
|
مِنَ
اللَّهِ (Min
Allāhi)
|
Jārr
wa Majrūr
|
Terkait
dengan Aṣdaqu.
|
حَدِيثًا
(Ḥadīṡan)
|
Tamyīz (Spesifikasi)
|
Manṣūb.
Menjelaskan dalam aspek apa Allah itu "paling benar".
Artinya: "perkataan/ucapannya."
|
🔑
Poin
Utama I'rāb Ayat
Tiga
Penguat (Tawkid) pada "Layajma'annakum": Kata
kerja يَجْمَعَنَّ (Dia
mengumpulkan) dikuatkan dengan tiga instrumen bahasa sekaligus:
Sumpah
Tersirat (Qasam Muqaddar): Konteks kalimat ini adalah
sumpah.
Lām
Qasam (لَـ): Huruf
Lam di awal kata kerja adalah jawaban sumpah.
Nūn
Tawkīd Ṡaqīlah (نَّ): Huruf
Nun bertasydid di akhir. Makna: "Demi
Allah, Dia sungguh, benar-benar, pasti akan mengumpulkan kalian."
Ini membantah keraguan orang musyrik tentang adanya Hari Kiamat.
Istifham
Inkari (Pertanyaan Retoris): Frasa وَمَنْ
أَصْدَقُ (Dan
siapakah yang lebih benar...?) secara tata bahasa adalah
pertanyaan, tetapi secara makna adalah Nafi (Peniadaan).
Maknanya: "Tidak
ada seorang pun yang lebih benar perkataannya daripada Allah."
Fungsi
Tamyīz "Ḥadīṡan" (حَدِيثًا): Kata Aṣdaqu (lebih
benar) masih bersifat umum. Apakah benar janjinya? Benar
perbuatannya? Kata Ḥadīṡan hadir
sebagai Tamyīz untuk
membatasi makna tersebut spesifik pada "ucapan/informasi".
Apapun yang Allah kabarkan dalam Al-Qur'an (tentang masa lalu,
masa depan, atau hukum), itulah kebenaran absolut yang tidak
mengandung celah kebohongan.
I'rab
Kalimat Tauhid: Kalimat Lā Ilāha Illā
Huwa memiliki struktur unik. Posisi Huwa (Dia)
di sini paling kuat di-i'rab sebagai Badal (pengganti).
Logikanya:
Asal kalimat sebelum ada Lā adalah Mubtada
(Rafa'). Ketika Lā masuk, ia
menashabkan Ilāha secara lafaz, tapi posisi
aslinya masih Rafa'. Maka Huwa mengikuti posisi
asli tersebut.