Al-Quran Online ini, ajakan untuk mendalami AlQuran sambil mencari ridho dan cinta Allah semata
Daftar Akar Kata Pada AlQuran
Dipersembahkan oleh para sukarelawan yang hanya mencari kecintaan Allah semata

An-Nisa

dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

ayat 35

Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Irab Surat AnNisa ayat 35

Ayat ini membahas tahapan penyelesaian konflik rumah tangga berikutnya setelah langkah-langkah di ayat 34 gagal, yaitu dengan melibatkan perwakilan dari kedua belah pihak (juru damai/hakam).

I. Bagian Pertama: Syarat dan Perintah Mengutus Juru Damai (Hakam)

Kata

I'rāb (Kedudukan Gramatikal)

Keterangan/Status

وَإِنْ (Wa in)

Wāw ('Aṭf) dan In (Syarat Jāzim)

In adalah Ḥarf Syarṭ Jāzim.

خِفْتُمْ (Khiftum)

Fi'l Māḍī (Kata Kerja Lampau)

Fi'l Syarṭ (Kata Kerja Syarat) pada posisi jazm. Tā' (ـتم) adalah Fā'il (Subjek).

شِقَاقَ (Šiqāqa)

Maf'ūl bih (Objek)

Manṣūb (berharakat fatḥah). Artinya: "perselisihan/perpecahan." Muḍāf.

بَيْنِهِمَا (Baynahumā)

Ẓarf Makān (Keterangan Tempat)

Manṣūb, sebagai Muḍāf Ilaih secara makna. Humā adalah Muḍāf Ilaih.

فَابْعَثُوا (Fa b'aṡū)

Fā' (Jawāb Syarṭ) dan Fi'l Amr (Kata Kerja Perintah)

Jawāb Syarṭ pada posisi jazm. Mabnī 'alā ḥaḍfi an-nūn. Wāw al-Jamā'ah adalah Fā'il.

حَكَمًا (Ḥakaman)

Maf'ūl bih (Objek)

Manṣūb (berharakat fatḥah).

مِّنْ أَهْلِهِ (Min ahlihī)

Jārr wa Majrūr

Na'at (Sifat) untuk حَكَمًا pada posisi naṣb.

وَحَكَمًا مِّنْ أَهْلِهَا

Wāw ('Aṭf) dan di-'aṭaf-kan kepada Ḥakaman sebelumnya. Ḥakaman adalah Maf'ūl bih Manṣūb.




II. Bagian Kedua: Syarat dan Jawaban Syarat bagi Hakam (Janji Allah)

Kata

I'rāb (Kedudukan Gramatikal)

Keterangan/Status

إِن (In)

Harf Syarṭ Jāzim

Huruf syarat yang mengikat Fi'l dan Jawāb Syarṭ.

يُرِيدَا (Yurīdā)

Fi'l Muḍāri' Majzūm

Fi'l Syarṭ. Tanda jazm-nya ḥaḍfu an-nūn (hilangnya nūn). Alif al-Ithnayn (ا) adalah Fā'il (kembali kepada dua hakam).

إِصْلَاحًا (Iṣlāḥan)

Maf'ūl bih (Objek)

Manṣūb (berharakat fatḥah). Artinya: "perbaikan/perdamaian."

يُوَفِّقِ (Yuwaffiqi)

Fi'l Muḍāri' Majzūm

Jawāb Syarṭ. Tanda jazm-nya sukūn yang diubah menjadi kasrah karena bertemu Hamzah Waṣal (iltiqā' as-sākinayn).

اللَّهُ (Allāhu)

Fā'il (Subjek)

Marfū' (berharakat ḍammah).

بَيْنَهُمَا (Baynahumā)

Ẓarf Makān (Keterangan Tempat)

Manṣūb.


III. Bagian Ketiga: Penutup Ayat

Kata

I'rāb (Kedudukan Gramatikal)

Keterangan/Status

إِنَّ اللَّهَ (Inna Allāha)

Inna (Harf Taukid) dan Ism Inna

Manṣūb.

كَانَ (Kāna)

Fi'l Māḍī Nāqiṣah

Ism Kāna adalah ḍamīr mustatir yang kembali ke Allah.

عَلِيمًا ('Alīman)

Khabar Kāna Awwal (Predikat Kāna Pertama)

Manṣūb.

خَبِيرًا (Khabīran)

Khabar Kāna Ṡānī (Predikat Kāna Kedua)

Manṣūb.

Jumlah كَانَ عَلِيمًا خَبِيرًا

Khabar Inna (Predikat Inna)

Pada posisi raf'.


🔑 Poin Utama I'rāb Ayat

  1. Struktur Syarat Bersarang (Nested Syarṭ): Ayat ini mengandung dua struktur syarat-jawaban:

    • Syarat 1 (Umum): وَإِنْ خِفْتُمْ... فَابْعَثُوا (Jika kalian takut perselisihan... maka utuslah). Jawāb Syarṭ diikat oleh Fā' karena berupa Fi'l Amr.

    • Syarat 2 (Khusus): إِن يُرِيدَا إِصْلَاحًا يُوَفِّقِ اللَّهُ (Jika keduanya [hakam] menghendaki perdamaian, niscaya Allah memberikan taufik). Kedua Fi'l Muḍāri' (يُرِيدَا dan يُوَفِّقِ) berstatus Majzūm.

  2. Tathniyah (Dual): Kata kerja يُرِيدَا menunjukkan Muṡannā (dual) dan Alif (ا) adalah Fā'il-nya, merujuk kepada dua hakam yang diutus. Tanda jazm-nya adalah hilangnya nūn.

  3. Iltiqā' as-Sākinayn: Kata kerja يُوَفِّقِ aslinya memiliki sukūn di akhir (Yuwaffiq). Namun, sukūn tersebut diubah menjadi kasrah (يُوَفِّقِ) karena bertemu dengan Alif Lām yang mati (ber-sukun) pada اللَّهُ (Iltiqā' as-Sākinayn - pertemuan dua huruf mati), yang merupakan aturan umum dalam bahasa Arab untuk memudahkan pengucapan.

  4. Implikasi Fiqih: Struktur ini secara i'rāb menunjukkan bahwa keberhasilan perdamaian tidak hanya bergantung pada keahlian hakam tetapi juga pada niat tulus mereka (إِن يُرِيدَا إِصْلَاحًا).